BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perasaan akan timbulnya nasionalisme
bangsa Indonesia telah tumbuh sejak lama, bukan secara tiba-tiba. Nasionalisme
tersebut masih bersifat kedaerahan, belum bersifat nasional. Nasionalisme yang
bersifat menyeluruh
dan meliputi semua wilayah Nusantara baru muncul sekitar
awal abad XX. Lahirnya nasionalisme bangsa Indonesia didorong oleh dua faktor,
baik faktor intern maupun faktor ekstern.
B. Rumusan Masalah
·
Bagaimana proses pergerakan nasional?
·
Apa yang terjadi pada pendidikan Indonesia
pada saat itu?
C.
Tujuan Penulisan
·
Mengetahui proses pendidikan pada masa
pergerakan nasional
·
Memperdalam wawasan tentang pola pikir tokoh
pergerakan nasional.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tumbuhnya Kesadaran Nasional
Perasaan akan timbulnya nasionalisme
bangsa Indonesia telah tumbuh sejak lama, bukan secara tiba-tiba. Nasionalisme
tersebut masih bersifat kedaerahan, belum bersifat nasional. Nasionalisme yang
bersifat menyeluruh dan meliputi semua wilayah Nusantara baru muncul sekitar
awal abad XX. Lahirnya nasionalisme bangsa Indonesia didorong oleh dua faktor,
baik faktor intern maupun faktor ekstern.
1.
Faktor Intern
Indonesia
sebagai bangsa telah mengalami zaman nasional pada masa kebesaran Majapahit dan
Sriwijaya. Kedua kerajaan tersebut, terutama Majapahit memainkan peranan
sebagai negara nasional yang wilayahnya meliputi hampir seluruh Nusantara.
Kebesaran ini membawa pikiran dan angan-angan bangsa Indonesia untuk senantiasa
dapat menikmati kebesaran itu. Hal ini dapat menggugah perasaan nasionalisme
golongan terpelajar pada dekade awal abad XX.
Bangsa Indonesia mengalami masa penjajahan yang panjang dan
menyakitkan sejak masa Portugis. Politik devide et impera, monopoli
perdagangan, sistem tanam paksa, dan kerja rodi merupakan bencana bagi rakyat
Indonesia. Penderitaan itu menjadikan rakyat Indonesia muncul kesadaran
nasionalnya dan mulai memahami perlunya menggalang persatuan. Atas prakarsa
para kaum intelektual, persatuan itu dapat diwujudkan dalam bentuk perjuangan
yang bersifat modern. Perjuangan tidak lagi menggunakan kekuatan senjata tetapi
dengan menggunakan organisasi-organisasi pemuda.
Perkembangan sistem pendidikan pada
masa Hindia Belanda tidak dapat dipisahkan dari politik etis. Ini berarti bahwa
terjadinya perubahan di negeri jajahan (Indonesia) banyak dipengaruhi oleh
keadaan yang terjadi di negeri Belanda. Tekanan datang dari Partai Sosial
Demokrat yang di dalamnya ada van Deventer. Pada tahun 1899, Mr. Courad
Theodore van Deventer melancarkan kritikan-kritikan yang tajam terhadap
pemerintah penjajahan Belanda. Kritikan itu ditulis dan dimuat dalam jurnal
Belanda, de Gids dengan judul Een eereschuld yang berarti hutang budi atau
hutang kehormatan. Dalam tulisan tersebut dijelaskan bahwa kekosongan kas
negeri Belanda telah dapat diisi kembali berkat pengorbanan orang-orang
Indonesia. Oleh karena itu, Belanda telah berhutang budi kepada rakyat
Indonesia. Untuk itu harus dibayar dengan peningkatan kesejahteraan melalui
gagasannya yang dikenal dengan Trilogi van Deventer.
Politik yang diperjuangkan dalam
rangka mengadakan kesejahteraan rakyat dikenal dengan nama politik etis. Untuk
mendukung pelaksanaan politik etis, pemerintah Belanda mencanangkan Politik
Asosiasi dengan semboyan unifikasi. Politik Asosiasi berkaitan dengan sikap
damai dan menciptakan hubungan harmonis antara Barat (Belanda) dan Timur
(rakyat pribumi). Dalam bidang pendidikan, tujuan Belanda semula adalah untuk
mendapatkan tenaga kerja atau pegawai murahan dan mandor-mandor yang dapat
membaca dengan gaji yang murah. Untuk kepentingan tersebut Belanda mendirikan
sekolah-sekolah untuk rakyat pribumi. Dengan demikian, jelaslah bahwa
pelaksanaan politik etis tidak terlepas dari kepentingan pemerintah Belanda.
Sistem pengajaran kolonial dibagi dalam dua jenis yaitu pengajaran pendidikan
umum dan pengajaran kejuruan. Keduanya diselenggarakan untuk tingkat menengah
ke atas.
2. Faktor Ekstern
Timbulnya
pergerakan nasional Indonesia di samping disebabkan oleh kondisi dalam negeri,
juga ada faktor yang berasal dari luar (ekstern). Berikut ini faktor-faktor
ekstern yang memberi dorongan dan energi terhadap lahirnya pergerakan nasional
di Indonesia.
a.
Kemenangan Jepang atas Rusia
Selama ini sudah menjadi suatu
anggapan umum jika keperkasaan Eropa (bangsa kulit putih) menjadi simbol
superioritas atas bangsa-bangsa lain dari kelompok kulit berwarna. Hal itu
ternyata bukan suatu kenyataan sejarah. Perjalanan sejarah dunia menunjukkan
bahwa ketika pada tahun 1904-1905 terjadi peperangan antara Jepang melawan Rusia,
ternyata yang keluar sebagai pemenang dalam peperangan itu adalah Jepang. Hal
ini memberikan semangat juang terhadap para pelopor pergerakan nasional di
Indonesia.
b.
Partai Kongres di India
Dalam melawan Inggris di India, kaum pergerakan nasional di
India membentuk All India National Congress (Partai Kongres India), atas
inisiatif seorang Inggris Allan Octavian Hume pada tahun 1885. Di bawah
kepemimpinan Mahatma Gandhi, partai ini kemudian menetapkan garis perjuangan
yang meliputi Swadesi, Ahimsa, Satyagraha, dan Hartal. Keempat ajaran Ghandi
ini, terutama Satyagraha mengandung makna yang memberi banyak inspirasi
terhadap perjuangan di Indonesia.
B. Perkembangan Pergerakan Nasional
Masa pergerakan nasional di
Indonesia ditandai dengan berdirinya organisasi-organisasi pergerakan. Masa
pergerakan nasional (1908 - 1942), dibagi dalam tiga tahap berikut.
1.
Masa pembentukan (1908 - 1920) berdiri organisasi seperti Budi Utomo, Sarekat
Islam,danIndischePartij.
2.
Masa radikal/nonkooperasi (1920 - 1930), berdiri organisasi seperti Partai
Komunis Indonesia (PKI), Perhimpunan Indonesia (PI), dan Partai Nasional
Indonesia (PNI).
3.
Masa moderat/kooperasi (1930 - 1942), berdiri organisasi seperti Parindra,
Partindo, dan Gapi.
Di
samping itu juga berdiri organisasi keagamaan, organisasi pemuda, dan
organisasi perempuan.
1. Budi Utomo (BU)
Pada tahun 1906 Mas Ngabehi Wahidin
Sudirohusodo, merintis mengadakan kampanye menghimpun dana pelajar (Studie
Fund) di kalangan priyayi di Pulau Jawa. Upaya dr. Wahidin ini bertujuan untuk
meningkatkan martabat rakyat dan membantu para pelajar yang kekurangan dana.
Dari kampanye tersebut akhirnya pada tanggal 20 Mei 1908 berdiri organisasi
Budi Utomo dengan ketuanya Dr. Sutomo. Organisasi Budi Utomo artinya usaha mulia.
Pada mulanya Budi Utomo bukanlah sebuah partai politik. Tujuan utamanya adalah
kemajuan bagi Hindia Belanda. Hal ini terlihat dari tujuan yang hendak dicapai
yaitu perbaikan pelajaran di sekolah-sekolah, mendirikan badan wakaf yang
mengumpulkan tunjangan untuk kepentingan belanja anak-anak bersekolah, membuka
sekolah pertanian, memajukan teknik dan industri, menghidupkan kembali seni dan
kebudayaan bumi putera, dan menjunjung tinggi cita-cita kemanusiaan dalam
rangka mencapai kehidupan rakyat yang layak.
2.
Sarekat Islam (SI)
Pada mulanya Sarekat Islam adalah
sebuah perkumpulan para pedagang yang bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Pada
tahun 1911, SDI didirikan di kota Solo oleh H. Samanhudi sebagai suatu koperasi
pedagang batik Jawa. Garis yang diambil oleh SDI adalah kooperasi, dengan
tujuan memajukan perdagangan Indonesia di bawah panji-panji Islam. Keanggotaan
SDI masih terbatas pada ruang lingkup pedagang, maka tidak memiliki anggota
yang cukup banyak. Oleh karena itu agar memiliki anggota yang banyak dan luas
ruang lingkupnya, maka pada tanggal 18 September 1912, SDI diubah menjadi SI
(Sarekat Islam).
3.
Indische Partij (IP)
IP didirikan pada tanggal 25
Desember 1912 di Bandung oleh tokoh Tiga Serangkai, yaitu E.F.E Douwes Dekker,
Dr. Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat. Pendirian IP ini dimaksudkan
untuk mengganti Indische Bond yang merupakan organisasi orang-orang Indo dan
Eropa di Indonesia. Hal ini disebabkan adanya keganjilan-keganjilan yang
terjadi (diskriminasi) khususnya antara keturunan Belanda totok dengan orang
Belanda campuran (Indo). IP sebagai organisasi campuran menginginkan adanya
kerja sama orang Indo dan bumi putera. Hal ini disadari benar karena jumlah
orang Indo sangat sedikit, maka diperlukan kerja sama dengan orang bumi putera
agar kedudukan organisasinya makin bertambah kuat.
4.
Partai Komunis Indonesia (PKI)
Partai Komunis Indonesia (PKI)
secara resmi berdiri pada tanggal 23 Mei 1920. Berdirinya PKI tidak terlepas
dari ajaran Marxis yang dibawa oleh Sneevliet. Ia bersama teman-temannya
seperti Brandsteder, H.W Dekker, dan P. Bergsma, mendirikan Indische Social
Democratische Vereeniging (ISDV) di Semarang pada tanggal 4 Mei 1914.
Tokoh-tokoh Indonesia yang bergabung dalam ISDV antara lain Darsono, Semaun,
Alimin, dan lain-lain. PKI terus berupaya mendapatkan pengaruh dalam
masyarakat. Salah satu upaya yang ditempuhnya adalah melakukan infiltrasi dalam
tubuh Sarekat Islam. Infiltrasi dapat dengan mudah dilakukan karena ada
beberapa faktor berikut.
a.
Adanya kemelut dalam tubuh SI, di mana pemerintah Belanda lebih memberi pengakuan
kepada cabang Sarekat Islam lokal.
b.
Adanya disiplin partai dalam SI, di mana anggota SI yang merangkap anggota ISDV
harus keluar dari SI. Akibatnya SI terpecah menjadi SI Merah dan SI Putih.
5.
Organisasi Pemuda dan Wanita
Perkumpulan
pemuda yang pertama berdiri adalah Tri Koro Dharmo. Organisasi ini berdiri pada
tanggal 7 Maret 1915 di Jakarta atas petunjuk Budi Utomo. Diprakarsai oleh dr.
Satiman Wirjosandjojo, Kadarman, dan Sunardi. Mereka mufakat untuk mendirikan
organisasi kepemudaan yang anggotanya berasal dari siswa sekolah menengah di
Jawa dan Madura. Perkumpulan ini diberi nama Tri Koro Dharmo yang berarti tiga
tujuan mulia (sakti, budhi, bakti).
6.
Sumpah Pemuda
Sumpah
pemuda, tidak dapat lepas dari organisasi kepemudaan yang bernama PPPI
(Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia) yang didirikan pada tahun 1926. PPPI
mendapat dukungan dari sejumlah organisasi kepemudaan seperti Jong Java, Jong
Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Minahasa, Jong Batak, dan Jong
Islamienten Bond dengan penuh keyakinan ingin mencapai tujuannya yaitu
persatuan Indonesia. Para pemuda ini menginginkan suatu upaya penyatuan
peletakan dasar untuk kemerdekaan dengan menentang ketidakadilan yang dialami
selama masa penjajahan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pergerakan
nasional lahir dari penderitaan rakyat. BangsaIndonesia terbelakang
disemua bidang. Mereka miskin,ekonominya dikuasai bangsa asing. Sejak lahirnya
pergerakan nasional penjajahan Belanda tidak lagi di lawan dengan kekuatan
senjata, tetapi dengan kekuatan politik. Disamping itu, dilakukan usaha
memajukan pendidikan, meningkatkan ekonomi rakyat, dan mempertahankan
kebudayaan. Seluruh rakyat diikutkan dalam perjuangan. Mereka berhimpun dalam
berbagai organisasi.
B. Saran
Keberhasilan
Belajar adalah Indikator yang dijadikan sebagai tolak ukur dalam menyatakan
bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, maka dari itu
saya mohon maaf bila ada kesalahan baik itu disengaja maupun tidak disengaja.
Kritik dan saran teman-teman sangat ditunggu.
DAFTAR PUSTAKA
Landasan Kependidikan. Jakarta : PT.
Asdi Mahasatya.Slameto.2003.
Belajar dan factor-faktor yang
mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rinekacipta.Sutikono, Sobry. 2008.
Landasan Pendidikan. Bandung:
Prospect.Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakaya
Offset.Syah, Muhibbin. 2005.
Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.[1] Departemen Pendidikan dan
postingannya bagus, sangat bermanfaat! Terimakasih😉
BalasHapus